Ketika aku masih berusia 7 tahun, ada suatu kejadian yang bagiku merupakan titik balik kehidupanku dan keluargaku. Ayahku mengalami stroke total dan akhirnya meninggal dunia akibat depresi luar biasa yang dialaminya. Hancurnya perkebunan kelapa sawit ratusan hektar yang dibangunnya dan yang seharusnya menghasilkan buah pertama dalam dua bulan ke depan di luar perkiraannya hancur total. Ketika ayahku meninggal kehidupan kami berubah 360 derajat. Kami harus menjual rumah, mobil dan perkebunan untuk menutupi biaya pengobatan ayahku selama sakit dan membayar hutang di bank untuk modal perkebunan. Aku yang tidak pernah memijakkan kaki ke tanah sejak kejadian itu harus berjalan di bawah panas matahari untuk pergi ke sekolah negeri di dekat perkebunan. Saat itu aku juga belum benar-benar mengerti arti dari kematian. Pikiran anak-anak yang sederhana ketika itu tidak mengetahui bahwa aku tidak akan pernah bisa melihatnya lagi sesudah pemakamannya. Aku tidak dapat melihat apakah kehidupan yang aku jalani saat itu merupakan suatu mimpi atau kenyataan. Saat itu aku adalah seorang anak kecil yang hidup tanpa mimpi dan tidak berani berharap dan bermimpi. Walaupun prestasiku bagus di sekolah tapi hal tersebut sama sekali tidak penting bagiku. Sampai akhirnya aku memasuki perkuliahan aku belum berani menentukan apa yang hendak aku capai dalam hidup.
Pada pertengahan tahun 2001, secara tidak sengaja aku mempunyai seorang teman yang berasal dari
Aku mulai bermimpi untuk bisa memperoleh pendidikan yang lebih baik. Bermimpi untuk bisa duduk di bangku kuliah pasca sarjana. Mimpi itu memotivasi aku untuk berusaha belajar dan mengembangkan diri, mencari peluang-peluang beasiswa. Mimpi itu membuat aku melihat potensi-potensi yang Tuhan sudah percayakan kepadaku.
Mimpiku menjadi kenyataan ketika aku bertemu dengan seorang bapak dari Amerika yang datang ke
Aku pernah melakukan observasi beberapa minggu hidup dengan anak-anak jalanan. Aku melihat mereka ketika malam hari setelah selesai mengamen, mereka menghirup aroma “Lem Kambing” selama beberapa menit. Lem Kambing tersebut bisa membuat mereka tidak sadar diri dan masuk ke dunia halusinasi mereka. Selama aroma lem kambing tersebut bekerja mereka bisa pergi di dunia manapun yang mereka inginkan. Aku mendengar anak yang satu mengatakan….” Saya sedang bersama wiro sableng sekarang…….….” Sambil tertawa menyeramkan sedangkan anak yang lain mengatakan “…. saya sekarang berada di diskotik….”. Aku bertanya kepada mereka mengapa harus menghirup zat beracun tersebut meskipun tahu mereka akan terserang infeksi saluran pernapasan. Mereka menjawab karena dengan menghirup aroma lem tersebut mereka baru berani bermimpi untuk bisa mendapatkan kebahagiaan dan hidup dengan harapan. Jika mereka sadar, mereka mengatakan tidak berani bermimpi suatu hari ada kehidupan yang lebih baik karena gelapnya kehidupan alam nyata yang mereka jalani. Alasan inilah yang membuat mereka tidak termitivasi untuk belajar dan bersekolah.
Jawaban mereka menyadarkan aku bahwa jika kita berani bermimpi maka kita harus mensyukurinya karena mimpi itu memotivasi kita untuk bergerak maju. Jika tidak ada impian dalam hidup kita maka kita tidak akan termotivasi untuk melakukan sesuatu yang ekstra dan sampai kapanpun kita akan terus berjalan di tempat. Tidak akan ada kehidupan yang lebih jika tidak ada tindakan yang lebih dan motivasi yang lebih akan timbul dari impian yang kuat. Keep Growing…………
Monday, October 1, 2007
MIMPI DAN MOTIVASI
Monday, September 10, 2007
Kebutuhan…??? Harga Diri……??????
Siang itu aku dan teman kerjaku secara tidak sengaja bertemu dengan seorang pimpinan dan sekaligus pemilik sebuah perusahaan kontraktor. Kami sudah lama tidak berkomunikasi. Sembari menikmati makan siang dan menanyakan kabarnya (keadaan dia dan keluarganya, juga menanyakan perkembangan perusahaannya). Dia menceritakan sesuatu yang sangat menarik dan mengusik pikiranku.
Dia mengatakan di dalam perusahaan yang dia pimpin, dia tidak pernah menggunakan cara PHK ketika tidak puas dengan kinerja karyawannya atau ketika karyawannya melakukan suatu kesalahan. “….Jika mem-PHK karyawan,saya harus mengeluarkan uang untuk membayar pesangon atau gaji sampai kontrak perjanjian berakhir dan saya tidak mau rugi walau sedikitpun….” Inilah ungkapan bapak tersebut. Ketika saya tidak puas dengan kinerja karyawan saya atau salah satu karyawan melakukan kesalahan fatal maka saya akan memanggil karyawan tersebut serta memindahkan meja kerjanya persis di depan meja saya. Kemudian saya tidak akan memberikan dia pekerjaan serta tanggung jawab sedikitpun dan tidak mengijinkan dia melakukan tugas-tugasnya. Saya meminta karyawan yang lainnya untuk mengambil alih semua tanggung jawabnya. Setiap harinya saya membeli sedikitnya tiga jenis
Teman saya tersebut mengatakan bahwa beliau telah melakukan strategi ini selama bertahun-tahun dan setiap orang yang diperlakukannya seperti ini biasanya hanya bertahan sebulan kemudian langsung mengundurkan diri. Dengan tidak membebani karyawannya akan tugas-tugas kantor, mengasingkan dia dari komunitas lingkungan kerja dan tidak melibatkan dia dalam aktivitas perusahaan akan membuat karyawan tersebut merasa tidak dihargai dan tidak dibutuhkan yang pada akhirnya membuat dia mengambil keputusan mengundurkan diri.
Aku terkesan dengan caranya memenejemen karyawan. Aku tahu betul bahwa dia sama sekali tidak pernah belajar manajemen personalia atau bahkan tidak pernah membaca teori-teori tentang manajemen sumber daya manusia namun kenyataannya strategi yang dia terapkan merupakan aplikasi dari teori-teori dan hasil-hasil penelitian mengenai Human Resource Development. Aku baru menyadari bahwa ketika kita diperhadapkan pada pilihan antara uang dan harga diri dalam komunitas lingkungan kerja maka kita akan memilih harga diri. Inilah alasan mengapa cara yang dipergunakan oleh temen saya tersebut selalu berhasil menyelesaikan masalah karyawannya.
Sekarang aku me-review kehidupanku kembali sehubungan dengan pentingnya arti harga diri berdasarkan survey hasil penerapan strategi manajemen karyawan temanku tadi. Aku dalam hidup ini sering sekali mengasingkan DIA pencipta kehidupan dan alam semesta ini dari kehidupanku. Tidak menganggap DIA penting terlibat dalam rencana-rencanaku serta sering membebas tugaskan-Nya. Jika temanku tadi melakukan ini pada karyawannya karena kekecewaan atau kesalahan yang dilakukan, tetapi aku melakukan ini tanpa alasan apapun.
Aku mulai berfikir bagaimana jika suatu saat DIA jenuh dan memilih untuk resign dari kehidupanku? Memilih untuk mempertahankan harga diri-Nya seperti karyawan teman aku tadi? Apakah aku sebagai manusia lebih tinggi derajatnya dibanding DIA,sehingga DIA layak untuk tidak dihargai sedangkan aku harus berontak dan memperjuangkan harga diriku ketika orang lain merendahkannya,…??? Aku tersenyum dalam hati,… betapa egoisnya aku dan betapa mulianya DIA,….
Monday, September 3, 2007
BEKERJA PADA LEVEL YANG TERTINGGI
Bekerja merupakan bagian dari kehidupan, hanya saja pengertian bekerja seringkali hanya kita tujukan pada “Market Place”. Baik yang bekerja di market place (secular) maupun yang bekerja di pelayanan keagamaan, keduanya pernah mengalami masa sulit (pergumulan) di dalam pekerjaannya serta memiliki tingkatan diposisi mana seseorang itu bekerja.
Hirarki kebutuhan ini dapat kita gunakan untuk menyelidiki pada level mana sebenarnya saat ini kita bekerja, baik kita yang bekerja di bidang secular maupun bidang lainnya. Jika saat ini focus kita bekerja hanyalah semata untuk menghasilkan uang maka kita bekerja hanya pada tahap untuk bertahan hidup (survival) dan kita tergolong dalam level pertama dan kedua dalam hirarki kebutuhan Maslow. Jika tujuan kita bekerja untuk memiliki relationship maka kita bekerja untuk mencari kenyamanan diri (comport) serta kita tergolong dalam level ketiga. Jika kita bekerja karena ingin berkembang dan meraih kesuksesan (growing and success) maka kita berada pada level ke empat karena dengan kesuksesan yang kita peroleh maka kita expect untuk mendapat pujian dan rasa hormat dari orang lain.
Thursday, August 30, 2007
Bekerja,….......…Dieksploitasi,…......atau Keduanya,……
Sejak aku mengenalnya walaupun dia tidak mengetahui aku memperhatikannya, entah kenapa dia begitu dekat di hatiku. Setiap pagi ketika aku berdoa, wajahnya selalu terlintas di pikiranku dan setiap kali itu pula air mataku tidak dapat aku tahan. Aku bahkan tidak dapat mengucapkan satu katapun meminta sesuatu untuk nenek tersebut kepada DIA yang memiliki segalanya. Aku hanya berdoa, “Lord,.. Please teach me how to start praying for her needs”
Setiap pagi aku berusaha sampai sebelum tempat duduk bus penuh agar aku dapat memberi sesuatu padanya sebelum aku memulai hariku (karena biasanya jika tempat duduk sudah penuh terisi, pengemudi bus menyuruhnya untuk keluar). Selama beberapa bulan aku begitu rindu untuk menanyakan tempat tinggalnya, keluarganya tetapi setiap kali aku mencoba untuk senyum dan menyapanya, suaraku hilang dan air mata yang jatuh.
Pagi ini hatiku begitu hancur melihat dia. Seorang nenek yang selalu semangat bernyanyi, pagi ini meneteskan air mata persis tepat berdiri dihadapanku. Seorang lelaki muda penjual Koran mengejek dia dengan sandal barunya ditambah dengan celetuk supir bus yang mengatakan bahwa nenek tersebut hari ini bergaya karna baru gajian kemaren. Aku melihat nenek tersebut hanya diam dan beberapa detik kemudian dia mengambil sepotong tisu yang juga sudah kumal dari kantong bajunya sambil menghapus air matanya.
Oh,.. Lord,…I know You love her too,…hanya itu kata-kata yang bisa keluar dari hatiku. Aku baru menyadari ternyata hidup yang dia jalani jauh lebih buruk dari yang selama ini aku pikirkan. Sekarang aku baru menyadari bahwa jika dia mengamen setiap paginya dari satu bus yang kosong ke bus yang lainnya, ternyata semua yang didapatnya bukan sepenuhnya miliknya. Dia hanya mendapatkan jatah yang sudah ditetapkan oleh orang yang mengelolanya. Selama ini aku mengira dia hanya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya ternyata kenyataannya di atas kemiskinannya ada orang yang menikmati keuntungan.
Seandainya ada yang bisa dilakukan oleh kedua tanganku yang kecil dan tak berdaya ini untuknya,….mungkin inilah kebahagiaanku yang terbesar. Wajahnya begitu dekat di ingatanku. Jika aku cuti kerja dan tidak melihatnya, perasaan rindu begitu mendalam dalam hatiku. Aku begitu hapal suaranya dengan logat jawa kental menyapa penumpang “…assalammualaikum bapak-bapak, ibu-ibu adik-adik,…maaf saya mengamen tidak bawa gitar dan hanya bisa nyanyi bahasa jawa,..lagu wayang kekek yang dinyanyikannya setiap pagi membuat aku hapal akan lirik lagunya,….”
Sekarang aku menyadari nenek tersebut bukan saja harus bekerja keras tetapi juga harus menerima kenyataan kalau untuk hidup dia harus rela menjadi korban eksploitasi orang lain. Sementara aku dalam hidup hanya bekerja keras dan tidak menjadi korban eksploitasi terlalu sering mengeluh,.. apakah aku bisa tetap bertahan hidup jika keadaanku seperti nenek tersebut,….???? Bagaimana dengan anda?????
Sunday, May 20, 2007
Thank You Lord to Put Mercy in My Heart
Since I met children within Rawimala, God put mercy in my heart and this mercy give me the understanding of love. I know the truth mean of happiness. Crying out to pray for other, feel blessed and rejoice when I can help children in need. Every time I spend time and talk with these children, I always feel blessed and God Present in to my life. My prayers totally changed. I pray God to use me more and more,.... When I was see old man/woman/children begging on the bus, I pray for them cry to the Lord to bless them. I give money with love and prayer.
I have mercy in my life now and It is God's Work. Now, I know Mercy is from God and God put that in our heart. We dont have ability to create it. God put it in our heart and allow it to growing up. When I have mercy in my heart I know what I stand for on this earth. Children in need was change my life,.......I'm not bless them but these children blessed my life.........
Thursday, May 10, 2007
Rawinala Birth Day Party
Rawinala Birth Day Party |
Yang seharum kembang ditaman,......Belaiannya sehangat mentari pagi
Oh,...kurasakan di dalam hidupku,.....Dan kutahu siapakah Tuhan
Yang terindah dari mimpi-mimpi,.......Kuasanya tak ada yang melebihi
Dari sgala apapun juga,.........
---------------------------------------------------------------------------
Tanganku adalah mataku,......Dan juga jadi telingaku
Tanganku adalah mulutku,......Sayangiku aku dengan lembut
Wahai teman sayangi aku,........Kuingin melihat dunia
Beri aku kesempatan,.........Perlakukan aku dengan kasih
----------------------------------------------------------------------------------
Sunday, May 6, 2007
I want to be a Teacher
Murti
Past ten years, some people from Rawinala walked a long way on Jalan Gatep Rt.010 RW.06 Mangga Dua to found a kid named Murti. She was born June 13, 1990. She ever studied within Rawinala for a year and she did not come anymore. Rawinala tried to get information about her. Somebody said that her mother passed away and she live with her father.
Murti is category multiple handicapped children. She has backward mentality and low vision. When Rawinala found her, she was not live with her father. She was given to other family by his father. Her father’s job is rent bicycle. His father income is not enough for their living cost. It was the reason caused he give Murti to other family.
With the help of her father, Rawinala found her. She lived at the dumping area because her foster parents work as scavenger. Murti said her new parents put her on the street every day for begging to help their financial. Rawinala asked to her parent to take Murti to Rawinala. Even her father allowed but Rawinala have to pay IDR 150.000 for murti living cost to her foster parent.
Now, Murti is growing to be a confident kid. Even she has retarded mental but she can play music well. She can play drum, angklung, gamelan and gendang (traditional music instrument). She never enforced to formal music education school. She was a winner on DKI Jakarta singing contest for blind.
She has a dream to be a music teacher. Rawinala always thank to God for give change to met Murti. The cost paid nothing compare to her happiness now.
Monday, April 9, 2007
Alandick Social Responsibility
I have plan and mission, one day they will give the best their have for these unfortunate children. I believe when every month they pass their money they will more want to know about these children. Who they are?? I also established website for these children, upload photos of them and my writing about their lives. One day these unfortunate children are part of their lives like their own family. This is my long term target. I believe society is the most important partner who could help them to get a better life because a big foundation can not give guaranty they will exist forever. But if society take over this part, they will support them for whole their life. It’s seems my plan run well because every month number of people at my company who concern to my children increase and that is mean amount of money collected to children in need increase every month.
Praise the Lord, my manager decided our company involved to support these children in need. He really encourage me to keep growing. I plan to release bulettin of these children every month and distribute for all people who cover the children needs. I have a dream, one day all employees responsible for unfortunate children. It will make great changes, and than try to win people from other company.
In the short period, I have planned to get more funds from international organization who concern to the children. Send proposal for their education cost. As I told above that I believe the most important partner to support these unfortunate children are society and this is need number of year to achieve it but right now these children need fund to build room for study, purchase equipment to help them improve their selves, repair their improper bedroom. This is needs a lot of money. I have passion one day I have a home for children in need in Indonesia or even oversea - AMIN-.
Monday, February 19, 2007
THE HIDDEN CHILDREN
When I was involved with the child worker’s lives (those working for sugar plantations and the scavenger children), I felt there was a large gap in our economy. If we look at the bigger picture,
The child worker’s life is different from the common child’s. They are more mature than others their age. We can see this in their behavior, their mind set and their habits. They are thinking about and talking about what elderly do. Most are teenagers, but they have to cover the financial needs of their families (food and housing). All child workers have boy friends or girl friends. These relationships are not like other teenagers. They are smoker and drug users; they are also into pornography and immoral music. All of this is to artificially bring them to another mental place, giving them a false sense of happiness, so they can forget their poverty. They do not know nor care whether it will destroy their lives. They are only trying to get a little happiness. They have never tried to have a dream, like other children. Reality and burdens of their lives push away their dreams. When I was with them, I felt very sad. They told me how happy they are when they are in another world (while the drugs are in their bodies). When “high”, they can go wherever they want. Many try not to be awake for their whole life. Some only feel alive when they look at immoral photographs. They are like the grass which was never planted. No one takes care of them.
I often told the child workers that their destiny could be changed if they wanted to fight to change. They could get a better job if they have skill and there are many people who would help them. The most important part is their own desire to learn. The child worker problem is not only about food. They always get treated with violence by their supervisors. The young girls, who work at the sugar plantations, often get sexually molested by their supervisors. A constant danger for the scavenger child is when a driver is throwing the garbage; they can be injured or even buried. Some of these children have died this way.
Actually, the government and society know about the life of child worker, but they pretend not to know. Some time I think that we keep them in their poverty so we can keep our projects going.
The scavenger child and their parent sell the things and that they can get to collectors. These are businessmen who control the prices and keep them down. While these parents owe a lot of debt to these collectors.
If we look at he child worker’s life, can we say that
Sunday, February 11, 2007
THE EXCEPTIONAL CHILDREN AT RAWINALA
These are photos of children who stay at Rawinala. Seventy six children stay there. Two children are multiple handicapped (mentally retarded, blind, dumb and deaf). Two children are blind, dumb and deaf and others children are blind.
He replied me, “Of Course these foods nice sister, because these are from God and what we could eat to day is the best blessing from God. We have to thankful for that.”
Other kid named Iwan talked to me. “Sister, I wish so much I can see. I can make the differences between night and day, dark and bright. I want to see pretty girls.” than he was laugh. I said, “Well, do you know that we also can see some thing not only thru our eyes? We can see thru our heart. Some time what we could see thru our eyes is not righteousness’. He Replied me. “Yes, you are right beloved sister. But when we are listening to radio, we only need our ears to enjoy the programs, getting information and we believe it. And when we are watching football competition at television, we need to see thru our eyes to enjoy that game. My life is also like that some time, sister”. I talked in my heart, “Yes dear, you are right.”
A cheerful girl named Indri (she is dumb and deaf) after finished lunch, pulled t-shirt of my niece and spoke. We didn’t understand what she means because she used her hands (sign language). We thought she like my niece’s t-shirt. We asked to a staff who work there what did she means. She told us that Indri have eaten her big lunch she full now. But she doesn’t want to be fat like my niece and can’t work hard. It was funny and my niece watches her diet now.
I remember one thing. Long time ago the students asked their teacher, “Teacher, whose sin caused him to be born blind? Was it his own or his parents sins?
He answered, “His blindness has nothing to do with his sins or his parent’s sins. He is blind so that God’s power might be seen at work in him”.
I didn’t understand these words in the past but I understand now. Since I involved my self with these children, I feel rejoice and have a great life. I wish I can more help them every day. Every time I share about these children with my friend, I feel happy. I never felt happy like this in the past. This is God Word mean. God’s power might be seen at work in my life thru these children. I also believe for people who work at Rawinala, have heart serving the children is God’s Works.
Now I realized these children are special children from God. They are chosen by God to be seen God’s Works in their life. I believe God’s power might be seen at work into your life thru these children also. Because WHEN WE GIVE TO POOR, IT’S LIKE LENDING TO LORD AND LORD WILL PAY YOU BACK.
Thursday, February 1, 2007
My Research
This case is been done in order to find out how the work environment and career development influence employee development and specifically isolate and analyze which factor are influence work performance.
The research focuses on description of work place culture, factors which influence the work place culture and thus employee productivity, description of career development and the importance of career development for the employee, the usefulness of providing a good career development program and understanding of company value of employee achievement.
This research takes a descriptive approach, using case study supported by survey method, the total number of population is 283 and sample size is 162. The analyze used multiple linier regression model. To test the hypothesis used F test for the whole and t test is used for the partial of the research with significant level 95% and alpha = 5%.
The result of this research shows that both work environment and career development have positive and high significant effect on employee work performance. Partial test also shows that work environment has positive and significant influence on work performance and career development has positive influence on work performance.
Thus the coefficient determination (Adjusted R Square) account 22,2%. It’s mean that 22,2% independent variable (work environment, career development) explained by dependent variable (work performance) and 77,8% is explained by other variables which were not researched.
Key word : Work environment, career development, work performance.
My Writing
Setahun setelah saya bekerja, saya mulai merasakan adanya ketidak adilan dari perusahaan kepada saya. Perpanjangan kontrak kerja yang saya terima dengan posisi yang tidak sesuai dengan yang saya lamar setahun lalu. Saya mulai menanyakan hal ini kepada manager yang berkepentingan namun saya mendapatkan jawaban yang bahkan membuat saya semakin terhina. Saya bertanya jika dengan posisi yang baru ini apakah tanggung jawab pekerjaan saya akan berkurang namun lagi-lagi pertanyaan saya ini tidak mendapat jawaban.
Tanpa terasa kuliah saya tinggal satu semester lagi dan saat itu saya mendapat panggilan interview. Saya ternyata diterima bekerja di suatu lembaga untuk pemulihan Aceh dengan tawaran kompensasi yang sangat menarik. Tetapi lagi-lagi saya dihadapkan suatu pilihan. Saya harus memilih jika saya menerima pekerjaan baru ini maka saya akan tinggal di Aceh untuk jangka waktu setahun yang artinya saya harus meninggalkan kuliah saya. Saya bingung,… satu sisi saya merasa bahagia sekali karena akhirnya bisa meninggalkan tempat kerja yang tidak menghargai kerja keras saya dan disisi lain saya harus meninggalkan kuliah dimana saya juga sudah berkorban banyak baik materi maupun tenaga,…oh,….Tuhan,…mengapa saya kembali terbelengu,………….mengapa saya tidak mendapatkan pekerjaan tersebut dengan penempatan kerja di dalam kota dan bukan di kirim ke luar.
Saya kembali harus memutuskan hal yang sangat berat. Memilih dengan air mata menetes,….jika kuliah saya korbankan rasanya sulit sekali karena hanya tinggal enam bulan lagi saya sudah menyelesaikannya tetapi saya butuh pekerjaan baru dimana saya dihargai. Akhirnya dengan berat saya memutuskan untuk tetap melanjutkan kuliah saya dan melepas tawaran pekerjaan tersebut. Saya tidak tahu ternyata hal yang paling berat bukan ketika harus membuat keputusan tetapi hal yang terberat adalah menghadapi konsekuensi keputusan yang saya buat. Saya harus kembali bekerja dimana sistem manajemen yang kacau, harus terus sabar dan menghela napas panjang ketika kecewa terhadap perusahaan dan mulai berpikir jika saya menerima tawaran pekerjaan baru tersebut saya sudah terbebas dari semua ini. Hayalan ditempat kerja baru yang sudah saya lepaskan membuat saya semakin lemah ketika menghadapi masalah ditempat kerja saya. Hal yang paling sulit adalah ketika saya menghadapi masalah ditempat kuliah dengan dosen. Saya tidak dapat berpikir apa-apa karena merasa sudah banyak yang saya korbankan untuk menyelesaikan kuliah saya dan ternyata untuk menyelesaikannya saya juga masih menghadapi banyak masalah. Kembali lagi saya menghayal dengan perkataan “jika,….jika,…..dan jika,………” Ternyata lebih mudah untuk membuat keputusan melepaskan sesuatu yang begitu kita harapkan dibanding menghadapi konsekuensi dari keputusan yang kita buat. Setelah kita memutuskan untuk melepaskan sesuatu kita harus mempunyai kekuatan lebih dibanding hari sebelumnya agar bisa bertahan
Some time success is so stuck but fail doesn’t matter
Saya pernah begitu bimbang ketika hendak memutuskan untuk mencoba mengikuti tes penerimaan pegawai di lembaga pemerintahan kita pada departemen yang sangat bergengsi. Saya begitu dibebani oleh kekhawatiran pemikiran saya sehingga membuat saya semakin lemah dan tidak percaya diri. Saya khawatir dan tidak percaya diri apakah kemampuan saya dapat bersaing dengan pelamar lainnya yang lulusan universitas terkenal bahkan lulusan luar negeri. Setelah itu muncul dipikiran saya jika saya gagal saya akan mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk persiapan kelengkapan berkas-berkas
Saya terdiam mendengar ucapannya,….karena memang benar dalam hidup selalu ada “ trade off “. Saya kemudian sadar karena saya hanya mengandalkan diri saya sepenuhnya dalam hal ini. Tidak membiarkan Tuhan membimbing langkah saya dan meminta Dia yang memutuskannya apapun konsekuensi dari setiap pilihan tersebut.
Tidak ada yang paling hebat di dunia ini karena semua masalah waktu
Sebagai manusia biasa, saya juga selalu menangis berdoa pada Tuhan ketika berencana menemuinya sehubungan dengan penyelesaian tesis saya. Saya selalu berdoa agar ketika saya menelepon dan meminta waktunya, Tuhan taruh kemurahan di hatinya. Namun terkadang ada saat sulit yang memang harus kita lalui. Saya juga sering bertanya dan berpikir mengapa seseorang senang menempatkan orang lain pada situasi sulit. Ketika saya tidak mempunyai janji untuk bertemu dengannya, dia begitu baik dan penuh dengan persahabatan. Gap perbedaan status dia hancurkan sendiri namun ketika saya meminta waktunya untuk berdiskusi mengenai tesis saya, dia mulai menunjukkan bahwa dia mempunyai power dan saya harus menerima apapun yang dia kehendaki.
Saya sering menagis setiap kali hal ini saya hadapi. Ucapan dan perlakuan yang tidak menyenangkan sering hadir dipikiran saya. Saya hanya bisa mengungkapkan kesedihan saya pada Tuhan. Saya percaya ketika seseorang memperlakukan hal buruk pada saya, Tuhan mengetahuinya dan juga ada beserta saya. Saya tidak bertanya mengapa hal ini terjadi pada saya meski saya selalu berdoa pada Tuhan untuk mereka. Saya hanya meminta Tuhan memberi saya kekuatan untuk bisa melalui masa sulit ini. Tuhan hiburkan saya dan terus beri kekuatan baru pada saya. Saya yakin Tuhan punya rencana indah hingga membiarkan saya melalui situasi ini karena saya percaya semua pasti akan berakhir.
Sesuatu Yang Kita Anggap Kecil Terkadang Merupakan Suatu Tindakan Besar Bagi Orang Lain
Setelah bercerita panjang dengannya akhirnya dia berkata terima kasih sobat,…sekarang air mataku sudah berhenti mengalir dan aku mau mengambil keputusan sekarang. Aku tidak mau nanti Tuhan terlanjur bosan menunggu aku dan berpaling ke orang lain,…..Dia mengatakan kalimat tersebut sambil sedikit bercanda,…saya senang sekali karena akhirnya dia kembali ke sifat awalnya yang ceria,….saya tau begitu beratnya masalah yang dia hadapi.
Pagi hari saya menanyakan kabarnya hari ini dan semua berjalan baik. Ketika bertemu dia saya lihat wajah cerianya dan gurauannya dengan teman-teman kampus. Saya bertanya dalam hati,.. Tuhan,…apakah tawa itu merupakan benar-benar gambaran kegembiraan dalam hatinya ataukah itu bentuk lain dari kesedihannya. Saya begitu bingung harus bersikap bagaimana di depan dia dan teman-teman. Apakah saya juga harus tertawa dengan gurauannya seperti teman-teman lain dan seperti hari sebelumnya ketika tidak mengetahui keadaannya yang sebenarnya atau saya harus menangis,….??? Tuhan apakah hari ini tawanya benar-benar tawa kegembiraan karena telah terbebas dari beban yang dia pikul atau tawa tersebut adalah tawa yang sama seperti yang biasa yang dia perlihatkan???.
Lord is So Worthy
Ketika makan siang dengan teman kerja, saya bertemu seseorang yang sudah lama tidak berkomunikasi. Sembari menikmati makan siang dan menanyakan kabar, dia bercerita sesuatu yang sangat menarik dan mengusik pikiran saya. Dia mengatakan di dalam perusahaan yang dia pimpin, dia tidak pernah menggunakan cara PHK ketika tidak puas dengan kinerja karyawannya atau ketika karyawannya melakukan suatu kesalahan.
Masalah Seberat Apapun Tidak Akan Pernah Membawa Kita Pada Kematian
Masalah hanyalah mampu mencuri kekuatan kita, harapan kita dan semangat kita tetapi tidak mempunyai otorita untuk mengambil kehidupan kita. Jika kita memutuskan untuk tetap bertahan dan terus berjuang dengan kekuatan yang tersisa semuanya pasti akan kembali pada keadaan yang semula.