Hal terpenting ketika mengambil keputusan untuk membuat prioritas dalam kehidupan adalah kekuatan untuk menhadapi konsekuensi dari prioritas yang kita buat
Setahun setelah saya bekerja, saya mulai merasakan adanya ketidak adilan dari perusahaan kepada saya. Perpanjangan kontrak kerja yang saya terima dengan posisi yang tidak sesuai dengan yang saya lamar setahun lalu. Saya mulai menanyakan hal ini kepada manager yang berkepentingan namun saya mendapatkan jawaban yang bahkan membuat saya semakin terhina. Saya bertanya jika dengan posisi yang baru ini apakah tanggung jawab pekerjaan saya akan berkurang namun lagi-lagi pertanyaan saya ini tidak mendapat jawaban.
Saya merasa begitu bodoh dan bekerja seperti seorang budak. Diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh perusahaan. Saya terpikir untuk mengundurkan dan mencari pekerjaan yang lain namun saya terbelengu oleh kuliah saya. Saya tidak tahu berapa lama saya membutuhkan waktu untuk mendapatkan pekerjaan yang baru namun yang pasti saya harus memenuhi biaya kuliah saya. Saya memutuskan untuk tetap bekerja sambil mencari pekerjaan di tempat lain tetapi di tempat kerja saya sekarang saya merasakan tekanan perasaan yang luar biasa. Saya merasa menjadi orang paling bodoh karena walau sudah tahu ditindas tetapi masih tetap menerima. Perusahaan meminta tanggung jawab yang semakin hari semakin banyak tetapi memperlakukan saya sewenang-wenang. Tiga bulan berlalu dengan hari-hari yang saya lalui dengan berat dan akhirnya saya disadarkan oleh perkataan pendeta yang juga ayah saya di dalam Tuhan. Dia mengatakan “jika engkau bekerja sekarang,…. bekerjalah karena engkau melayani Tuhan-mu dan bukan melayani perusahaan atau manusia,…jika DIA berkendak, DIA mampu memindahkan engkau ketempat lain,…berdoa dan bersabarlah,…..”
Tanpa terasa kuliah saya tinggal satu semester lagi dan saat itu saya mendapat panggilan interview. Saya ternyata diterima bekerja di suatu lembaga untuk pemulihan Aceh dengan tawaran kompensasi yang sangat menarik. Tetapi lagi-lagi saya dihadapkan suatu pilihan. Saya harus memilih jika saya menerima pekerjaan baru ini maka saya akan tinggal di Aceh untuk jangka waktu setahun yang artinya saya harus meninggalkan kuliah saya. Saya bingung,… satu sisi saya merasa bahagia sekali karena akhirnya bisa meninggalkan tempat kerja yang tidak menghargai kerja keras saya dan disisi lain saya harus meninggalkan kuliah dimana saya juga sudah berkorban banyak baik materi maupun tenaga,…oh,….Tuhan,…mengapa saya kembali terbelengu,………….mengapa saya tidak mendapatkan pekerjaan tersebut dengan penempatan kerja di dalam kota dan bukan di kirim ke luar.
Saya kembali harus memutuskan hal yang sangat berat. Memilih dengan air mata menetes,….jika kuliah saya korbankan rasanya sulit sekali karena hanya tinggal enam bulan lagi saya sudah menyelesaikannya tetapi saya butuh pekerjaan baru dimana saya dihargai. Akhirnya dengan berat saya memutuskan untuk tetap melanjutkan kuliah saya dan melepas tawaran pekerjaan tersebut. Saya tidak tahu ternyata hal yang paling berat bukan ketika harus membuat keputusan tetapi hal yang terberat adalah menghadapi konsekuensi keputusan yang saya buat. Saya harus kembali bekerja dimana sistem manajemen yang kacau, harus terus sabar dan menghela napas panjang ketika kecewa terhadap perusahaan dan mulai berpikir jika saya menerima tawaran pekerjaan baru tersebut saya sudah terbebas dari semua ini. Hayalan ditempat kerja baru yang sudah saya lepaskan membuat saya semakin lemah ketika menghadapi masalah ditempat kerja saya. Hal yang paling sulit adalah ketika saya menghadapi masalah ditempat kuliah dengan dosen. Saya tidak dapat berpikir apa-apa karena merasa sudah banyak yang saya korbankan untuk menyelesaikan kuliah saya dan ternyata untuk menyelesaikannya saya juga masih menghadapi banyak masalah. Kembali lagi saya menghayal dengan perkataan “jika,….jika,…..dan jika,………” Ternyata lebih mudah untuk membuat keputusan melepaskan sesuatu yang begitu kita harapkan dibanding menghadapi konsekuensi dari keputusan yang kita buat. Setelah kita memutuskan untuk melepaskan sesuatu kita harus mempunyai kekuatan lebih dibanding hari sebelumnya agar bisa bertahan
Some time success is so stuck but fail doesn’t matter
Saya pernah begitu bimbang ketika hendak memutuskan untuk mencoba mengikuti tes penerimaan pegawai di lembaga pemerintahan kita pada departemen yang sangat bergengsi. Saya begitu dibebani oleh kekhawatiran pemikiran saya sehingga membuat saya semakin lemah dan tidak percaya diri. Saya khawatir dan tidak percaya diri apakah kemampuan saya dapat bersaing dengan pelamar lainnya yang lulusan universitas terkenal bahkan lulusan luar negeri. Setelah itu muncul dipikiran saya jika saya gagal saya akan mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk persiapan kelengkapan berkas-berkas surat lamaran dan ongkos pesawat ketika ujian dan uang tersebut tidak akan memberikan apa-apa buat saya sementara jika saya tidak mengikuti tes ini, uang yang banyak tersebut dapat saya gunakan untuk membayar uang kuliah saya. Di dalam pikiran saya muncul pilihan-pilihan yang semuanya didasarkan atas keterbatasan saya. Hati saya mulai bimbang apakah saya akan mencoba atau tidak. Jika saya mencoba artinya ada peluang bagi saya untuk menang dan bekerja di tempat yang begitu memberikan pengalaman luar biasa dalam kehidupan saya tetapi jika saya gagal saya harus bekerja keras untuk mendapatkan uang kuliah yang saya pakai untuk ujian tersebut. Saya bingung karena jumlah uang yang harus saya cari untuk pengganti uang kuliah sangat besar bagi saya dan jangka waktu yang saya miliki hanyalah sebulan.
Saya terpikir untuk membatalkan niat saya untuk mengikuti tes tersebut tetapi hati kecil saya begitu berharap saya bisa menang dan memperoleh pekerjaan ini. Saya tidak mungkin mempunyai peluang untuk menang jika saya tidak ikut mencoba. Kemudian saya bercerita dengan seorang sahabat saya. Saya menceritakan segalanya tentang keinginan saya, kekhawatiran saya apakah saya cukup mampu bersaing dengan pelamar lainnya dan uang kuliah yang saya pergunakan untuk semua biaya yang saya keluarkan jika saya mengikuti testing tersebut. Lalu teman saya berkata,…”” if you think you can,…do it,…how do you know if you never try,….some time success is so stuck,…but you have to know,…fail doesn’t matter…”””
Saya terdiam mendengar ucapannya,….karena memang benar dalam hidup selalu ada “ trade off “. Saya kemudian sadar karena saya hanya mengandalkan diri saya sepenuhnya dalam hal ini. Tidak membiarkan Tuhan membimbing langkah saya dan meminta Dia yang memutuskannya apapun konsekuensi dari setiap pilihan tersebut.
Saya berdoa dan mohon ampun kepada-Nya untuk kesombongan saya. Saya berdoa jika memang Tuhan mengijinkan saya untuk mengikuti tes ini, biarlah Tuhan membuat saya merasa damai ketika besok saya mengambil keputusan untuk mengikuti tes ini atau tidak. Lalu besok paginya ketika saya menghadap DIA, saya merasakan kekuatan baru dan kepercayaan diri bahwa saya mampu bersaing dengan pelamar lainnya. Tuhan berkata melalui firman-Nya “ Jika engkau percaya pada-Ku maka engkau akan melihat Muzizat-Ku terjadi atas Mu.
Saya dengan penuh kepercayaan memutuskan untuk mengikuti tes ini. Saya berkata “Tuhan,… saya menang atau kalah saya tahu Tuhan bekerja di dalam-Nya dan memberikan yang terbaik bagi kehidupan saya”. Saya mempersiapkan semua kelengkapan berkas lamaran, mengikuti seleksi tahap demi tahap sampai pada tahanp akhirnya ternyata saya melihat nama saya tidak ada di internet. Saya kalah tetapi saya tidak kecewa atau sedih, karena setidaknya saya mempunyai pengalaman mengikuti seleksi tersebut yang belum tentu semua orang mendapat kesempatan tersebut. Saya berkata Tuhan engkau baik dan akan menempatkan saya jauh lebih tinggi dari posisi yang saya lamar tersebut.
Kekalahan tersebut tidak mempengaruhi semangat saya dan saya bangga karena saya sudah mengambil keputusan yang tepat untuk mencoba mengikuti tes tersebut. Karena kita sering sekali tidak berani mencoba sesuatu karena takut akan kegagalan. Kita tidak akan pernah tahu kita mampu atau tidak mencapai cita-cita dan impian kita jika kita tidak mempunyai keberanian untuk mencoba menggapainya.
Saya kalah tetapi Tuhan mencukupkan uang kuliah saya yang saya pakai untuk biaya testing tersebut dengan cara yang begitu ajaib. Bahkan sebelum batas akhir pembayaran uang kuliah, saya sudah mendapatkan uang tersebut. Sungguh sebenarnya semua kekhawatiran kita tidak beralasan.
Tidak ada yang paling hebat di dunia ini karena semua masalah waktu
Saya pernah berhadapan dengan sesorang yang begitu senang mempermainkan perasaan orang lain. Saya tidak tahu mengapa dia mempunyai kegemaran seperti ini tetapi saya mengambil sisi baiknya saja bahwa ia mempunyai tujuan untuk membentuk saya agar mempunyai karakter yang keras dan pantang menyerah. Di dalam menyelesaikan tesis saya, begitu banyak tenaga, pikiran dan perasaan yang saya berikan. Hal yang paling sulit adalah ketika saya harus menghadapi orang yang mempunyai kegemaran mempermainkan perasaan orang lain. Hal ini bukan hanya terjadi pada saya sendiri tetapi juga dihadapi oleh teman-teman saya lainnya. Bahkan dalam menghadapi kondisi ini, ada seorang teman saya yang bahkan terkena disentri selama seminggu. Ketika saya memberinya saran untuk terus sabar dan berdoa, dia berkata bahwa sudah setiap hari dia berdoa bahkan sedikitpun situasi buruk yang dihadapinya tidak berubah. Dia begitu putus asa, saya berkata teruslah percaya bahwa semuanya akan berlalu.
Sebagai manusia biasa, saya juga selalu menangis berdoa pada Tuhan ketika berencana menemuinya sehubungan dengan penyelesaian tesis saya. Saya selalu berdoa agar ketika saya menelepon dan meminta waktunya, Tuhan taruh kemurahan di hatinya. Namun terkadang ada saat sulit yang memang harus kita lalui. Saya juga sering bertanya dan berpikir mengapa seseorang senang menempatkan orang lain pada situasi sulit. Ketika saya tidak mempunyai janji untuk bertemu dengannya, dia begitu baik dan penuh dengan persahabatan. Gap perbedaan status dia hancurkan sendiri namun ketika saya meminta waktunya untuk berdiskusi mengenai tesis saya, dia mulai menunjukkan bahwa dia mempunyai power dan saya harus menerima apapun yang dia kehendaki.
Saya sering menagis setiap kali hal ini saya hadapi. Ucapan dan perlakuan yang tidak menyenangkan sering hadir dipikiran saya. Saya hanya bisa mengungkapkan kesedihan saya pada Tuhan. Saya percaya ketika seseorang memperlakukan hal buruk pada saya, Tuhan mengetahuinya dan juga ada beserta saya. Saya tidak bertanya mengapa hal ini terjadi pada saya meski saya selalu berdoa pada Tuhan untuk mereka. Saya hanya meminta Tuhan memberi saya kekuatan untuk bisa melalui masa sulit ini. Tuhan hiburkan saya dan terus beri kekuatan baru pada saya. Saya yakin Tuhan punya rencana indah hingga membiarkan saya melalui situasi ini karena saya percaya semua pasti akan berakhir.
Saya hanya berjanji dalam diri saya jika suatu hari nanti saya dipercayakan Tuhan mempunyai posisi penting terlebih menyangkut masa depan orang, saya tidak akan membiarkan diri saya membuat orang merasakan apa yang saya rasakan saat ini. Saya percaya kepuasan yang kita peroleh ketika kita melihat keputusasaan diwajah orang lain, air mata yang tercurah dihadapan kita hanya memberikan kebahagiaan semu. Saya juga percaya pasti ada waktunya kita merasakan beban atas apa yang kita lakukan. Tidak ada seorangpun yang hebat di dunia ini. Jika saat ini kita mengetahui lebih banyak dari orang lain, lebih pintar dari orang lain, lebih memiliki kekuasaan dari orang lain, semua itu hanyalah masalah waktu. Tuhan memberikan kita waktu lebih awal dari orang lain untuk menduduki posisi tersebut, Tuhan memberikan kita waktu lebih awal untuk mengetahui dan mempelajari sesuatu. Pernahkah kita berpikir ketika kita menempatkan orang pada situasi sulit persis seperti apa yang yang kita lakukan apakah kita sendiri akan mampu menghadapinya ? Atau pernahkah kita berpikir jika bukan karena kebaikan orang lain (baik keluarga, pimpinan atau sahabat) yang membantu dan mendukung kita, membuka jalan bagi kita mendapatkan apa yang kita miliki saat ini, apakah kita akan berada pada posisi saat ini? Saya percaya semua hanya karena kebaikan dan waktu yang Tuhan berikan untuk kita.
Sesuatu Yang Kita Anggap Kecil Terkadang Merupakan Suatu Tindakan Besar Bagi Orang Lain
Suatu hari saya mendapat sms dari seorang teman yang isinya menyiratkan nada sedih dan putus asa. Saya merasakan bahwa keadaannya saat ini tidak dalam kondisi baik. Lalu saya membalas sms-nya sambil bertanya apakah dia saat ini baik dan jika memang membutuhkan seseorang untuk bercerita, saya bersedia mendengarkannya. Lalu dia menceritakan semua masalahnya, kekhawatirannya terhadap kesehatan kedua orang tuanya yang saat ini jauh dari dia dan sewaktu-waktu bisa terjadi sesuatu yang membahayakan, masalah kehidupan pribadinya. Saya benar-benar tidak menyangka dia yang selalu kelihatan riang dan tidak mempunyai beban ternyata mengatakan bahwa jika disetiap tawa dan candanya di depan umum hanyalah untuk menutupi agar tidak ada seorangpun yang tau betapa menderitanya dia saat ini.
Saya tidak menyangka sama sekali dia mengaku tidak malu menangis kepada saya karena sudah tidak mempunyai kekuatan lagi untuk memendam seorang diri. Sekitar satu jam lebih saya hanya membiarkan dia bercerita dan mengungkapkan semua kesedihannya hingga akhirnya dia berkata tolong doakan saya karena saat ini saya merasa tidak kuat lagi menanggung beban ini. Saya hanya berkata padanya “apakah saat ini dirimu benar-benar menyerah dan tidak mampu menyelesaikannya,…??? Jika memang benar tidak,….apakah saat ini benar-benar mau Tuhan yang bekerja dan menyelesaikan masalahmu dan tidak lagi hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri,…??? Jika memang benar, mungkin Tuhan juga sudah cukup lama menantikan hari ini dimana engkau benar-benar merasa tidak berdaya menyelesaikan masalahmu sendiri. Berdoalah pada Tuhan dan minta ampun pada-Nya karena selama ini terlalu sombong dan tidak memperhitungkan DIA. Jika engkau benar-benar mau DIA yang bekerja menyelesaikan masalahmu,..serahkanlah sepenuhnya pada DIA dan benar-benar sepenuhnya.
Saya berkata seorang guru yang begitu berarti bagi saya pernah mengatakan sebuah perumpamaan. Ada seorang yang sedang berjalan menuju suatu tempat dengan memikul sekarung batu dan begitu merasakan kelelahan. Ditengah perjalanan dia meminta tumpangan pada mobil yang sedang lintas lalu masuk ke dalam mobil tersebut dan duduk di dalam. Namun walaupun dia sudah di dalam mobil tersebut, dia tetap merasakan perjalanan yang begitu melelahkan dan beban yang dia pikul tetap terasa sangat berat karena sekarung batu tetap berada dipundaknya dan tetap dia pikul walaupun sebenarnya dia dapat meletakkan sekarung batu tersebut pada lantai mobil.
Lalu saya mengatakan pada teman saya, dalam hidup ini kita sering seperti orang tersebut. Kita mengatakan kita begitu lelah dengan beban hidup kita, masalah kita dan meminta Tuhan untuk menolong kita. Namun dalam kenyataannya kita tidak benar-benar mau menyerahkan seluruh masalah kita pada Tuhan. Kita tetap memilih memikul masalah kita dengan segala kekhawatiran kita. Kita sering berkata “Tuhan,……. mengapa beban yang berat ini tidak beranjak dari kehidupanku,….padahal sebenarnya kita sendiri yang memutuskan apa yang mau Tuhan perbuat untuk kehidupan kita,…”
Setelah bercerita panjang dengannya akhirnya dia berkata terima kasih sobat,…sekarang air mataku sudah berhenti mengalir dan aku mau mengambil keputusan sekarang. Aku tidak mau nanti Tuhan terlanjur bosan menunggu aku dan berpaling ke orang lain,…..Dia mengatakan kalimat tersebut sambil sedikit bercanda,…saya senang sekali karena akhirnya dia kembali ke sifat awalnya yang ceria,….saya tau begitu beratnya masalah yang dia hadapi.
Pagi hari saya menanyakan kabarnya hari ini dan semua berjalan baik. Ketika bertemu dia saya lihat wajah cerianya dan gurauannya dengan teman-teman kampus. Saya bertanya dalam hati,.. Tuhan,…apakah tawa itu merupakan benar-benar gambaran kegembiraan dalam hatinya ataukah itu bentuk lain dari kesedihannya. Saya begitu bingung harus bersikap bagaimana di depan dia dan teman-teman. Apakah saya juga harus tertawa dengan gurauannya seperti teman-teman lain dan seperti hari sebelumnya ketika tidak mengetahui keadaannya yang sebenarnya atau saya harus menangis,….??? Tuhan apakah hari ini tawanya benar-benar tawa kegembiraan karena telah terbebas dari beban yang dia pikul atau tawa tersebut adalah tawa yang sama seperti yang biasa yang dia perlihatkan???.
Saya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, tapi saya berjanji akan selalu menanyakan dan tetap berdoa untuk dia dan kesembuhan orang tuanya. Suatu hari ketika saya bercerita padanya bahwa saya merasa sedih dan merasa bersalah terhadap seorang teman saya, dia berkata,…”” apapun yang orang katakan namun bagiku kamu seorang teman yang sangat… sangat…..baik,.. saya tidak tau jika waktu itu kamu tidak memberikan waktu untuk mendengarkan saya, entah apa yang terjadi pada saya,…saya belum lama mengenalmu tapi membebanimu dengan semua masalahku. Saya tersenyum dalam hati ternyata kadang-kadang kita tidak mengetahui atau bahkan sering berbuat salah karena ketika orang benar-benar membutuhkan sedikit waktu kita untuk bercerita kita sering mengabaikannya dengan segala kesibukan kita. Seseorang pernah berkata pada saya untuk melayani orang lain kita tidak perlu harus menjadi pemimpin, kita cukup melakukan hal kecil yang mungkin sangat berarti bagi orang lain. Kita sering tidak benar-benar mengenal orang disekitar kita, apakah itu keluarga, sahabat, orang yang kita cintai, pimpinan atau rekan kerja kita. Kita sering merasa kecewa karena tidak mendapat respon yang hangat dari seseorang ketika kita benar-benar mengharapkannya, tetapi apakah kita pernah memikirkan berapa banyak dan berapa kali kita melakukan hal yang sama pada orang lain.
Lord is So Worthy
Ketika makan siang dengan teman kerja, saya bertemu seseorang yang sudah lama tidak berkomunikasi. Sembari menikmati makan siang dan menanyakan kabar, dia bercerita sesuatu yang sangat menarik dan mengusik pikiran saya. Dia mengatakan di dalam perusahaan yang dia pimpin, dia tidak pernah menggunakan cara PHK ketika tidak puas dengan kinerja karyawannya atau ketika karyawannya melakukan suatu kesalahan.
Dia mengatakan jika mem-PHK karyawan dia harus mengeluarkan uang untuk membayar pesangon atau gaji sampai kontrak perjanjian berakhir. Jika dia tidak menyukai kinerja seorang karyawan atau seorang karyawan melakukan kesalahan yang fatal, maka dia akan memanggil karyawan tersebut untuk memindahkan meja kerjanya persis di depan mejanya. Kemudian dia tidak akan memberikan dia pekerjaan dan tidak mengijinkan dia melakukan tugas-tugasnya dan meminta orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab dia. Setiap hari teman saya tersebut mengatakan dia membeli minimal tiga buah surat kabar dan meminta dia untuk membaca seluruh halaman surat kabar tersebut dan nanti ketika teman saya menanyakan berita hari ini, karyawan tersebut harus mampu memberikan jawaban.
Dia mengatakan cara ini sudah dia lakukan selama bertahun dan setiap orang yang diperlakukannya seperti ini biasanya paling lama sebulan langsung mengundurkan diri. Dengan cara tidak membebani dia dengan tugas-tugas dari kantor, mengasingkan dia, tidak menganggap dan melibatkan dia dalam aktivitas perusahaan akan membuat karyawan merasa tidak dihargai dan tidak dibutuhkan dan akhirnya mengundurkan diri dari perusahaan.
Saya terkesan dengan caranya memenejemen karyawan. Saya tahu dia sama sekali tidak pernah belajar manajemen personalia atau bahkan tidak pernah membaca teori-teori tentang manajemen sumber daya manusia namun kenyataannya sistem yang dia terapkan merupakan aplikasi dari teori tersebut. “People work for money but money is not the only one reason, every one want to be proud, has good relationship and worthy job”. Dan mungkin karena kebutuhan untuk dihargai merupakan kebutuhan utama setiap orang pada setiap tingkat kelas sosial maka cara yang dia lakukan begitu sukses.
Saya me-review kehidupan saya, dalam hidup ini saya sering berlaku begitu semena-mena terhadap DIA sang pencipta saya. Saya begitu sering mengasingkan DIA dari kehidupan saya,.. begitu tidak menganggap DIA dan asyik dengan rencana-rencana saya, obsesi dan impian saya tanpa melibatkan DIA dalam kehidupan saya. Saya berlaku seperti ini bukan karena DIA pernah membuat saya kecewa atau berlaku tidak adil pada saya. Bahkan DIA begitu sempurna sebagai sahabat dan penolong saya. Saya bahkan sering berlaku begitu kejam pada-Nya. Saya berfikir apa jadinya kehidupan saya jika suatu saat DIA jenuh dengan saya dan pergi dari kehidupan saya seperti karyawan teman saya tadi. Jika manusia sendiri yang terlahir sudah cacat karena dosa masih memiliki harga diri yang tinggi dan berontak ketika orang lain menganggap rendah dan semena-mena,…..apakah Tuhan tidak merasakan kesedihan yang sama ketika kita perlakukan DIA semena-mena,….???? Apakah kita lebih tinggi dari DIA sehingga dia layak kita perlakukan seperti itu,….??? Saya tersenyum dalam hati,… betapa egoisnya saya dan betapa mulianya DIA,….
Masalah Seberat Apapun Tidak Akan Pernah Membawa Kita Pada Kematian
Seorang teman saya pernah menghadapi suatu masalah yang cukup rumit dan begitu menghabiskan kekuatannya. Dia juga tidak pernah menyangka masalah itu menimpa dirinya karena awalnya hanyalah sebuah kesalah pahaman yang dapat diselesaikan dalam sekejap. Hanya saja kekuasaan kadang membuat kita sering khilaf dan tidak memperdulikan apakah kita sedang menempatkan seseorang dalam situasi yang sangat tidak enak.
Dia begitu frustasi dan tertekan karena segala usaha sudah ia lakukan untuk mendapatkan maaf dan memperbaiki kesalahannya. Suatu hari ketika ia bertemu dengan pembimbing tesisnya, dosen tersebut menyatakan setelah memperbaiki tesis yang dikoreksinya maka teman saya boleh lanjut ke pembimbing berikutnya. Lalu karena bahagianya sudah menyelesaikan bimbingan dengan pembimbing utama maka ketika menemui pembimbing pembantu dia katakan bahwa dia sudah selesai bimbingan dari ketua pembimbing dan diminta untuk menemui pembimbing berikutnya dan karena dari pembimbing pembantu juga sudah selesai maka pembimbing pembantu menyarankan untuk segera mendaftarkan seminar. Setelah mengambil semua kelengkapan administrasi untuk seminar, tanpa ada firasat dan perasaan buruk dia datang untuk meminta tanda tangan ketua pembimbing yang juga merupakan ketua program studi. Namun begitu terkejutnya dia ketika dosen tersebut marah dan tidak dapat mentolerir kesalahan yang dia lakukan. Dosen tersebut mengatakan bahwa dia hanya mengijinkan untuk lanjut ke pembimbing pembantu bukan untuk maju seminar. Dosen tersebut merasa direndahkan atas tindakan teman saya dan mengancam akan membatalkan tesisnya. Lalu dia memohon maaf jika memang telah berbuat salah dan ternyata permohonan maafnya malah membuat dosen tersebut semakin marah.
Seminggu kemudian berlalu dan teman saya datang kembali untuk meminta maaf tetapi keadaan tidak berubah sedikitpun malahan posisinya semakin disudutkan dan tekanan semakin berat yang membuatnya putus asa. Dalam seminggu yang berlalu tergambar bahwa kesalahan yang dia perbuat seakan tidak ada jalan keluarnya. Bahkan tiap kali melihat wajah teman saya, emosi dosen tersebut tidak terkendali yang membuatnya semakin ketakutan. Hingga akhirnya teman saya tersebut jatuh sakit.
Dia merasa tidak kuat dan tidak tahu harus berbuat apa untuk memperbaiki kesalahannya. Semua jalan terasa buntu dan tidak ada yang dapat menolong. Semua teman, keluarga dia minta untuk bantu berdoa agar masalahnya bisa selesai. Dia juga sungguh-sungguh tidak pernah menyangka hal buruk ini terjadi atasnya. Mungkin benar dia melakukan kesalahan besar tetapi tidak ada kesalahan yang tidak dapat diperbaiki. Sebulan berlalu tidak juga menunjukkan adanya sedikitpun titik terang hingga suatu hari dia terfikir satu cara untuk melembutkan hati dosen tersebut. Dia memutuskan untuk setiap dua hari mengirim sms dan memohon maaf serta mengaku bersalah dan mengatakan bahwa dia hanyalah seseorang yang bodoh dan mengharapkan bimbingan. Dia mengatakan membuang semua harga dirinya dan perasaannya agar masalahnya bisa selesai. Saya sungguh kagum padanya karena selama lebih dari dua bulan dia melakukan hal ini dan akhirnya suatu hari dosen tersebut memintanya untuk datang dan menerima maaf darinya.
Terkadang kita memang sering merasakan sesuatu itu sungguh tidak adil bagi kita. Masalah yang datang begitu beratnya hingga seluruh kekuatan tubuh kita hilang. Waktu yang berlalu belum juga mampu menyelesaikan masalah kita sementara kekuatan kita sudah mulai habis. Terkadang kita juga bertanya kenapa Tuhan biarkan kita melalui perjalanan yang begitu panjang ini. Tetapi satu hal yang saya ambil dari pengalaman teman saya ini bahwa “seberat apapun masalah yang sedang kita hadapi,…masalah tersebut tidak akan pernah membawa kita pada kematian yang artinya bahwa semua-nya pasti akan ada akhirnya dan kita pasti akan menang”
Masalah hanyalah mampu mencuri kekuatan kita, harapan kita dan semangat kita tetapi tidak mempunyai otorita untuk mengambil kehidupan kita. Jika kita memutuskan untuk tetap bertahan dan terus berjuang dengan kekuatan yang tersisa semuanya pasti akan kembali pada keadaan yang semula.
No comments:
Post a Comment