Monday, October 1, 2007

MIMPI DAN MOTIVASI

Ketika aku masih berusia 7 tahun, ada suatu kejadian yang bagiku merupakan titik balik kehidupanku dan keluargaku. Ayahku mengalami stroke total dan akhirnya meninggal dunia akibat depresi luar biasa yang dialaminya. Hancurnya perkebunan kelapa sawit ratusan hektar yang dibangunnya dan yang seharusnya menghasilkan buah pertama dalam dua bulan ke depan di luar perkiraannya hancur total. Ketika ayahku meninggal kehidupan kami berubah 360 derajat. Kami harus menjual rumah, mobil dan perkebunan untuk menutupi biaya pengobatan ayahku selama sakit dan membayar hutang di bank untuk modal perkebunan. Aku yang tidak pernah memijakkan kaki ke tanah sejak kejadian itu harus berjalan di bawah panas matahari untuk pergi ke sekolah negeri di dekat perkebunan. Saat itu aku juga belum benar-benar mengerti arti dari kematian. Pikiran anak-anak yang sederhana ketika itu tidak mengetahui bahwa aku tidak akan pernah bisa melihatnya lagi sesudah pemakamannya. Aku tidak dapat melihat apakah kehidupan yang aku jalani saat itu merupakan suatu mimpi atau kenyataan. Saat itu aku adalah seorang anak kecil yang hidup tanpa mimpi dan tidak berani berharap dan bermimpi. Walaupun prestasiku bagus di sekolah tapi hal tersebut sama sekali tidak penting bagiku. Sampai akhirnya aku memasuki perkuliahan aku belum berani menentukan apa yang hendak aku capai dalam hidup.
Pada pertengahan tahun 2001, secara tidak sengaja aku mempunyai seorang teman yang berasal dari England yang membuat aku mulai berani bermimpi. Dia memghancurkan tembok-tembok pikiran dan ketidak percayaan diriku. Dia juga membantu aku untuk bertumbuh dan mengembangkan diri. Dia bukan saja mengubahkan cara berfikirku tetapi juga mengajari aku untuk bisa hidup dalam perbedaan dan saling menghargai prinsip masing-masing. Dia selalu mengatakan kepadaku
“……How do you know if you never try,…tuti……, Yes, sometime success is so stuck but fail is not the problem….”
Aku mulai bermimpi untuk bisa memperoleh pendidikan yang lebih baik. Bermimpi untuk bisa duduk di bangku kuliah pasca sarjana. Mimpi itu memotivasi aku untuk berusaha belajar dan mengembangkan diri, mencari peluang-peluang beasiswa. Mimpi itu membuat aku melihat potensi-potensi yang Tuhan sudah percayakan kepadaku.
Mimpiku menjadi kenyataan ketika aku bertemu dengan seorang bapak dari Amerika yang datang ke Indonesia untuk bantuan pemulihan Aceh akibat Tsunami. Bapak tersebut mengangkat aku menjadi putrinya dan menyediakan semua kebutuhan perkuliahanku. Orang sering bertanya kepadaku mengapa aku begitu terbeban dan hancur hati setiap kali melihat anak-anak yang berkekurangan. Jawabannya adalah karena melihat mereka aku melihat review masa laluku ketika aku hidup dalam mati suri.
Aku pernah melakukan observasi beberapa minggu hidup dengan anak-anak jalanan. Aku melihat mereka ketika malam hari setelah selesai mengamen, mereka menghirup aroma
“Lem Kambing” selama beberapa menit. Lem Kambing tersebut bisa membuat mereka tidak sadar diri dan masuk ke dunia halusinasi mereka. Selama aroma lem kambing tersebut bekerja mereka bisa pergi di dunia manapun yang mereka inginkan. Aku mendengar anak yang satu mengatakan….” Saya sedang bersama wiro sableng sekarang…….….” Sambil tertawa menyeramkan sedangkan anak yang lain mengatakan “…. saya sekarang berada di diskotik….”. Aku bertanya kepada mereka mengapa harus menghirup zat beracun tersebut meskipun tahu mereka akan terserang infeksi saluran pernapasan. Mereka menjawab karena dengan menghirup aroma lem tersebut mereka baru berani bermimpi untuk bisa mendapatkan kebahagiaan dan hidup dengan harapan. Jika mereka sadar, mereka mengatakan tidak berani bermimpi suatu hari ada kehidupan yang lebih baik karena gelapnya kehidupan alam nyata yang mereka jalani. Alasan inilah yang membuat mereka tidak termitivasi untuk belajar dan bersekolah.
Jawaban mereka menyadarkan aku bahwa jika kita berani bermimpi maka kita harus mensyukurinya karena mimpi itu memotivasi kita untuk bergerak maju. Jika tidak ada impian dalam hidup kita maka kita tidak akan termotivasi untuk melakukan sesuatu yang ekstra dan sampai kapanpun kita akan terus berjalan di tempat. Tidak akan ada kehidupan yang lebih jika tidak ada tindakan yang lebih dan motivasi yang lebih akan timbul dari impian yang kuat. Keep Growing…………

Monday, September 10, 2007

Kebutuhan…??? Harga Diri……??????

Siang itu aku dan teman kerjaku secara tidak sengaja bertemu dengan seorang pimpinan dan sekaligus pemilik sebuah perusahaan kontraktor. Kami sudah lama tidak berkomunikasi. Sembari menikmati makan siang dan menanyakan kabarnya (keadaan dia dan keluarganya, juga menanyakan perkembangan perusahaannya). Dia menceritakan sesuatu yang sangat menarik dan mengusik pikiranku.

Dia mengatakan di dalam perusahaan yang dia pimpin, dia tidak pernah menggunakan cara PHK ketika tidak puas dengan kinerja karyawannya atau ketika karyawannya melakukan suatu kesalahan. “….Jika mem-PHK karyawan,saya harus mengeluarkan uang untuk membayar pesangon atau gaji sampai kontrak perjanjian berakhir dan saya tidak mau rugi walau sedikitpun….” Inilah ungkapan bapak tersebut. Ketika saya tidak puas dengan kinerja karyawan saya atau salah satu karyawan melakukan kesalahan fatal maka saya akan memanggil karyawan tersebut serta memindahkan meja kerjanya persis di depan meja saya. Kemudian saya tidak akan memberikan dia pekerjaan serta tanggung jawab sedikitpun dan tidak mengijinkan dia melakukan tugas-tugasnya. Saya meminta karyawan yang lainnya untuk mengambil alih semua tanggung jawabnya. Setiap harinya saya membeli sedikitnya tiga jenis surat kabar dan meminta dia untuk membaca seluruh halaman surat kabar tersebut setiap lembarnya. Ketika saya menanyakan berita hari ini maka karyawan tersebut harus mampu memberikan jawaban secara detail.

Teman saya tersebut mengatakan bahwa beliau telah melakukan strategi ini selama bertahun-tahun dan setiap orang yang diperlakukannya seperti ini biasanya hanya bertahan sebulan kemudian langsung mengundurkan diri. Dengan tidak membebani karyawannya akan tugas-tugas kantor, mengasingkan dia dari komunitas lingkungan kerja dan tidak melibatkan dia dalam aktivitas perusahaan akan membuat karyawan tersebut merasa tidak dihargai dan tidak dibutuhkan yang pada akhirnya membuat dia mengambil keputusan mengundurkan diri.

Aku terkesan dengan caranya memenejemen karyawan. Aku tahu betul bahwa dia sama sekali tidak pernah belajar manajemen personalia atau bahkan tidak pernah membaca teori-teori tentang manajemen sumber daya manusia namun kenyataannya strategi yang dia terapkan merupakan aplikasi dari teori-teori dan hasil-hasil penelitian mengenai Human Resource Development. Aku baru menyadari bahwa ketika kita diperhadapkan pada pilihan antara uang dan harga diri dalam komunitas lingkungan kerja maka kita akan memilih harga diri. Inilah alasan mengapa cara yang dipergunakan oleh temen saya tersebut selalu berhasil menyelesaikan masalah karyawannya.

Sekarang aku me-review kehidupanku kembali sehubungan dengan pentingnya arti harga diri berdasarkan survey hasil penerapan strategi manajemen karyawan temanku tadi. Aku dalam hidup ini sering sekali mengasingkan DIA pencipta kehidupan dan alam semesta ini dari kehidupanku. Tidak menganggap DIA penting terlibat dalam rencana-rencanaku serta sering membebas tugaskan-Nya. Jika temanku tadi melakukan ini pada karyawannya karena kekecewaan atau kesalahan yang dilakukan, tetapi aku melakukan ini tanpa alasan apapun.

Aku mulai berfikir bagaimana jika suatu saat DIA jenuh dan memilih untuk resign dari kehidupanku? Memilih untuk mempertahankan harga diri-Nya seperti karyawan teman aku tadi? Apakah aku sebagai manusia lebih tinggi derajatnya dibanding DIA,sehingga DIA layak untuk tidak dihargai sedangkan aku harus berontak dan memperjuangkan harga diriku ketika orang lain merendahkannya,…??? Aku tersenyum dalam hati,… betapa egoisnya aku dan betapa mulianya DIA,….

Monday, September 3, 2007

BEKERJA PADA LEVEL YANG TERTINGGI

Bekerja merupakan bagian dari kehidupan, hanya saja pengertian bekerja seringkali hanya kita tujukan pada “Market Place”. Baik yang bekerja di market place (secular) maupun yang bekerja di pelayanan keagamaan, keduanya pernah mengalami masa sulit (pergumulan) di dalam pekerjaannya serta memiliki tingkatan diposisi mana seseorang itu bekerja.

Kita bekerja memiliki tujuan yang berbeda-beda. Teori Hirarki kebutuhan Maslow merupakan alasan mengapa kita bekerja. Maslow menyatakan bahwa ada 5 (lima) tingkatan kebutuhan manusia. Pada tingkat yang pertama (paling bawah) yaitu kebutuhan akan Fisiologis (sandang/pangan). Pada tingkat kedua yaitu kebutuhan akan Keamanan dan Keselamatan. Pada tingkatan yang ketiga yaitu kebutuhan akan Sosial (memiliki teman). Pada tingkatan yang keempat yaitu kebutuhan akan Penghargaan (pujian) serta tingkat yang terakhir (yang paling tinggi) adalah kebutuhan akan Aktualisasi Diri (bertindak sesuai dengan bakat dan minat).

Hirarki kebutuhan ini dapat kita gunakan untuk menyelidiki pada level mana sebenarnya saat ini kita bekerja, baik kita yang bekerja di bidang secular maupun bidang lainnya. Jika saat ini focus kita bekerja hanyalah semata untuk menghasilkan uang maka kita bekerja hanya pada tahap untuk bertahan hidup (survival) dan kita tergolong dalam level pertama dan kedua dalam hirarki kebutuhan Maslow. Jika tujuan kita bekerja untuk memiliki relationship maka kita bekerja untuk mencari kenyamanan diri (comport) serta kita tergolong dalam level ketiga. Jika kita bekerja karena ingin berkembang dan meraih kesuksesan (growing and success) maka kita berada pada level ke empat karena dengan kesuksesan yang kita peroleh maka kita expect untuk mendapat pujian dan rasa hormat dari orang lain.

Tingkatan terakhir dan yang tertinggi adalah jika kita bekerja dengan tujuan utama untuk memberi yang terbaik yang kita miliki di tempat kita bekerja karena dengan memberi maka kita memperoleh kebahagiaan (giving to get happiness or working to serve our soul) dan hiraki kebutuhan Maslow menunjukkan ini pada level yang tertinggi yaitu bekerja pada pelayanan dan panggilan hidup.

Mello dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa “People work for money but they also work for more than money. Most employees want to be proud of their organization, to have good relationship with other employees and managers and to believe they have worthwhile jobs” Jika tujuan kita bekerja sudah sampai pada tingkatan ini maka sebenarnya kita sudah bekerja pada tingkat yang tertinggi. Kita sudah melewati masa ketidak nyamanan dan kekurangan karena standard untuk itu sebenarnya kita sendiri yang menentukan. Setiap kita baik yang saat ini berada pada posisi top level manager, seorang staff biasa atau bahkan buruh pabrik sekalipun bisa berada pada tiap level tersebut tergantung dimana kita meletakkan tujuan kita bekerja. Hironisnya jika lebel posisi yang kita pegang dalam suatu organisasi adalah di level atas tetapi kenyataannya jiwa dan mindset pada level bawah.

Thursday, August 30, 2007

Bekerja,….......…Dieksploitasi,…......atau Keduanya,……

Sejak beberapa bulan belakangan ini, perhatianku terfocus pada wajah seorang nenek tua yang setiap paginya mengamen di dalam bus yang membawaku ketempat kerja. Wajah yang terlihat begitu letih dengan tatapan kosong, sarung dan baju yang penuh dengan kotoran.
Ketika pertama kali mata dan hatiku melihatnya,…aku menangis dan tiba-tiba terlintas di pikiranku gambar ibuku dan nenekku. Tidak ada satu katapun yang dapat keluar untuk mengucap syukurku atas kebaikan DIA yang di atas yang bukan saja mencukupkan kebutuhanku tetapi juga memeliharai orang tuaku..

Sejak aku mengenalnya walaupun dia tidak mengetahui aku memperhatikannya, entah kenapa dia begitu dekat di hatiku. Setiap pagi ketika aku berdoa, wajahnya selalu terlintas di pikiranku dan setiap kali itu pula air mataku tidak dapat aku tahan. Aku bahkan tidak dapat mengucapkan satu katapun meminta sesuatu untuk nenek tersebut kepada DIA yang memiliki segalanya. Aku hanya berdoa, “Lord,.. Please teach me how to start praying for her needs”

Setiap pagi aku berusaha sampai sebelum tempat duduk bus penuh agar aku dapat memberi sesuatu padanya sebelum aku memulai hariku (karena biasanya jika tempat duduk sudah penuh terisi, pengemudi bus menyuruhnya untuk keluar). Selama beberapa bulan aku begitu rindu untuk menanyakan tempat tinggalnya, keluarganya tetapi setiap kali aku mencoba untuk senyum dan menyapanya, suaraku hilang dan air mata yang jatuh.

Pagi ini hatiku begitu hancur melihat dia. Seorang nenek yang selalu semangat bernyanyi, pagi ini meneteskan air mata persis tepat berdiri dihadapanku. Seorang lelaki muda penjual Koran mengejek dia dengan sandal barunya ditambah dengan celetuk supir bus yang mengatakan bahwa nenek tersebut hari ini bergaya karna baru gajian kemaren. Aku melihat nenek tersebut hanya diam dan beberapa detik kemudian dia mengambil sepotong tisu yang juga sudah kumal dari kantong bajunya sambil menghapus air matanya.
Oh,.. Lord,…I know You love her too,…hanya itu kata-kata yang bisa keluar dari hatiku. Aku baru menyadari ternyata hidup yang dia jalani jauh lebih buruk dari yang selama ini aku pikirkan. Sekarang aku baru menyadari bahwa jika dia mengamen setiap paginya dari satu bus yang kosong ke bus yang lainnya, ternyata semua yang didapatnya bukan sepenuhnya miliknya. Dia hanya mendapatkan jatah yang sudah ditetapkan oleh orang yang mengelolanya. Selama ini aku mengira dia hanya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya ternyata kenyataannya di atas kemiskinannya ada orang yang menikmati keuntungan.

Seandainya ada yang bisa dilakukan oleh kedua tanganku yang kecil dan tak berdaya ini untuknya,….mungkin inilah kebahagiaanku yang terbesar. Wajahnya begitu dekat di ingatanku. Jika aku cuti kerja dan tidak melihatnya, perasaan rindu begitu mendalam dalam hatiku. Aku begitu hapal suaranya dengan logat jawa kental menyapa penumpang “…assalammualaikum bapak-bapak, ibu-ibu adik-adik,…maaf saya mengamen tidak bawa gitar dan hanya bisa nyanyi bahasa jawa,..lagu wayang kekek yang dinyanyikannya setiap pagi membuat aku hapal akan lirik lagunya,….”

Sekarang aku menyadari nenek tersebut bukan saja harus bekerja keras tetapi juga harus menerima kenyataan kalau untuk hidup dia harus rela menjadi korban eksploitasi orang lain. Sementara aku dalam hidup hanya bekerja keras dan tidak menjadi korban eksploitasi terlalu sering mengeluh,.. apakah aku bisa tetap bertahan hidup jika keadaanku seperti nenek tersebut,….???? Bagaimana dengan anda?????


“Biarlah setiap orang diantara kita mencari kesenangan untuk sesama kita demi membangun kebaikan”

Sunday, May 20, 2007

Thank You Lord to Put Mercy in My Heart

In the past before I involved to Rawinala, I didn't know how to live for other. I was work hard only for my self. All my prayers for my needs and my family. I knew GOD love me so much and I knew God want me to love other. I believe if could be live it's only by His Grace. Before I met the children within Rawinala, my relationship was only between God and Me. I was obeying to Lord and all His words caused He is my king and owner of my life. That was all. I didn't understand what is the love mean.Love like God's love until He sacrifice his life on the cross. I realized how nasty my life in the past. Yes,..I gave my money for needy but I gave it without love.

Since I met children within Rawimala, God put mercy in my heart and this mercy give me the understanding of love. I know the truth mean of happiness. Crying out to pray for other, feel blessed and rejoice when I can help children in need.
Every time I spend time and talk with these children, I always feel blessed and God Present in to my life. My prayers totally changed. I pray God to use me more and more,.... When I was see old man/woman/children begging on the bus, I pray for them cry to the Lord to bless them. I give money with love and prayer.

I have mercy in my life now and It is God's Work.
Now, I know Mercy is from God and God put that in our heart. We dont have ability to create it. God put it in our heart and allow it to growing up. When I have mercy in my heart I know what I stand for on this earth. Children in need was change my life,.......I'm not bless them but these children blessed my life.........

Thursday, May 10, 2007

Rawinala Birth Day Party

Rawinala Birth Day Party
Ku tahu Bagaimana Wajah bapakku,.....Ku tahu bagaimana wajah ibuku

Yang seharum kembang ditaman,......Belaiannya sehangat mentari pagi

Oh,...kurasakan di dalam hidupku,.....Dan kutahu siapakah Tuhan

Yang terindah dari mimpi-mimpi,.......Kuasanya tak ada yang melebihi

Dari sgala apapun juga,.........

---------------------------------------------------------------------------
Tanganku adalah mataku,......Dan juga jadi telingaku

Tanganku adalah mulutku,......Sayangiku aku dengan lembut

Wahai teman sayangi aku,........Kuingin melihat dunia

Beri aku kesempatan,.........Perlakukan aku dengan kasih

----------------------------------------------------------------------------------

Sunday, May 6, 2007

I want to be a Teacher

Murti

Past ten years, some people from Rawinala walked a long way on Jalan Gatep Rt.010 RW.06 Mangga Dua to found a kid named Murti. She was born June 13, 1990. She ever studied within Rawinala for a year and she did not come anymore. Rawinala tried to get information about her. Somebody said that her mother passed away and she live with her father.

Murti is category multiple handicapped children. She has backward mentality and low vision. When Rawinala found her, she was not live with her father. She was given to other family by his father. Her father’s job is rent bicycle. His father income is not enough for their living cost. It was the reason caused he give Murti to other family.

With the help of her father, Rawinala found her. She lived at the dumping area because her foster parents work as scavenger. Murti said her new parents put her on the street every day for begging to help their financial. Rawinala asked to her parent to take Murti to Rawinala. Even her father allowed but Rawinala have to pay IDR 150.000 for murti living cost to her foster parent.

Now, Murti is growing to be a confident kid. Even she has retarded mental but she can play music well. She can play drum, angklung, gamelan and gendang (traditional music instrument). She never enforced to formal music education school. She was a winner on DKI Jakarta singing contest for blind.

She has a dream to be a music teacher. Rawinala always thank to God for give change to met Murti. The cost paid nothing compare to her happiness now.


src='http://widget.meebo.com/mm.swf?YCGQGCAOUN' type='application/x-shockwave-flash' width='250' wmode='transparent'/>