Siang itu aku dan teman kerjaku secara tidak sengaja bertemu dengan seorang pimpinan dan sekaligus pemilik sebuah perusahaan kontraktor. Kami sudah lama tidak berkomunikasi. Sembari menikmati makan siang dan menanyakan kabarnya (keadaan dia dan keluarganya, juga menanyakan perkembangan perusahaannya). Dia menceritakan sesuatu yang sangat menarik dan mengusik pikiranku.
Dia mengatakan di dalam perusahaan yang dia pimpin, dia tidak pernah menggunakan cara PHK ketika tidak puas dengan kinerja karyawannya atau ketika karyawannya melakukan suatu kesalahan. “….Jika mem-PHK karyawan,saya harus mengeluarkan uang untuk membayar pesangon atau gaji sampai kontrak perjanjian berakhir dan saya tidak mau rugi walau sedikitpun….” Inilah ungkapan bapak tersebut. Ketika saya tidak puas dengan kinerja karyawan saya atau salah satu karyawan melakukan kesalahan fatal maka saya akan memanggil karyawan tersebut serta memindahkan meja kerjanya persis di depan meja saya. Kemudian saya tidak akan memberikan dia pekerjaan serta tanggung jawab sedikitpun dan tidak mengijinkan dia melakukan tugas-tugasnya. Saya meminta karyawan yang lainnya untuk mengambil alih semua tanggung jawabnya. Setiap harinya saya membeli sedikitnya tiga jenis
Teman saya tersebut mengatakan bahwa beliau telah melakukan strategi ini selama bertahun-tahun dan setiap orang yang diperlakukannya seperti ini biasanya hanya bertahan sebulan kemudian langsung mengundurkan diri. Dengan tidak membebani karyawannya akan tugas-tugas kantor, mengasingkan dia dari komunitas lingkungan kerja dan tidak melibatkan dia dalam aktivitas perusahaan akan membuat karyawan tersebut merasa tidak dihargai dan tidak dibutuhkan yang pada akhirnya membuat dia mengambil keputusan mengundurkan diri.
Aku terkesan dengan caranya memenejemen karyawan. Aku tahu betul bahwa dia sama sekali tidak pernah belajar manajemen personalia atau bahkan tidak pernah membaca teori-teori tentang manajemen sumber daya manusia namun kenyataannya strategi yang dia terapkan merupakan aplikasi dari teori-teori dan hasil-hasil penelitian mengenai Human Resource Development. Aku baru menyadari bahwa ketika kita diperhadapkan pada pilihan antara uang dan harga diri dalam komunitas lingkungan kerja maka kita akan memilih harga diri. Inilah alasan mengapa cara yang dipergunakan oleh temen saya tersebut selalu berhasil menyelesaikan masalah karyawannya.
Sekarang aku me-review kehidupanku kembali sehubungan dengan pentingnya arti harga diri berdasarkan survey hasil penerapan strategi manajemen karyawan temanku tadi. Aku dalam hidup ini sering sekali mengasingkan DIA pencipta kehidupan dan alam semesta ini dari kehidupanku. Tidak menganggap DIA penting terlibat dalam rencana-rencanaku serta sering membebas tugaskan-Nya. Jika temanku tadi melakukan ini pada karyawannya karena kekecewaan atau kesalahan yang dilakukan, tetapi aku melakukan ini tanpa alasan apapun.
Aku mulai berfikir bagaimana jika suatu saat DIA jenuh dan memilih untuk resign dari kehidupanku? Memilih untuk mempertahankan harga diri-Nya seperti karyawan teman aku tadi? Apakah aku sebagai manusia lebih tinggi derajatnya dibanding DIA,sehingga DIA layak untuk tidak dihargai sedangkan aku harus berontak dan memperjuangkan harga diriku ketika orang lain merendahkannya,…??? Aku tersenyum dalam hati,… betapa egoisnya aku dan betapa mulianya DIA,….